MASYARAKAT PESISIR BERDAYA
( OLEH : MARTHO ZAINI WARAT)
Saat
ini banyak program pemberdayaan yang menklaim sebagai program yang berdasar
kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat (bottom
up), tapi ironisnya masyarakat tetap saja tidak merasa memiliki akan
program-program tersebut sehingga tidak aneh banyak program yang hanya seumur
masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan masyarakat.
Pertanyaan
kemudian muncul apakah konsep pemberdayaan yang salah atau pemberdayaan
dijadikan alat untuk mencapai tujuan tertentu dari segolongan orang?
Memberdayakan
masyarakat pesisir berarti menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir untuk
menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang
akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu
sendiri.
Memberdayakan
masyarakat pesisir tidaklah seperti memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat
lainnya, karena didalam habitat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan
masayarakat diantaranya:
1. Masyarakat
nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian
utamanya adalah menangkap ikan dilaut.
Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap
modern dan nelayan tangkap tradisional.
Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapal/peralatan yang
digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya.
2. Masyarakat
nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakt pesisir yang bekerja
disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil
tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang
yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar
lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul
ini adalah kelompok masyarakat pesisir perempuan.
3. Masayarakat
nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai
dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan
yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau
peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai
buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang
minim.
4. Masyarakat
nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan
buruh.
Setiap
kelompok masyarakat tersebut haruslah mendapat penanganan dan perlakuan khusus
sesuai dengan kelompok, usaha, dan aktivitas ekonomi mereka. Pemberdayaan masyarakat tangkap minsalnya,
mereka membutukan sarana penangkapan dan kepastian wilayah tangkap. Berbeda
dengan kelompok masyarakat tambak, yang mereka butuhkan adalah modal kerja dan
modal investasi, begitu juga untuk kelompok masyarakat pengolah dan buruh. Kebutuhan setiap kelompok yang berbeda
tersebut, menunjukkan keanekaragaman pola pemberdayaan yang akan diterapkan
untuk setiap kelompok tersebut.
Dengan
demikian program pemberdayaan untuk masyarakat pesisir haruslah dirancang
dengan sedemikian rupa dengan tidak menyamaratakan antara satu kelompk dengan
kelompok lainnya apalagi antara satu daerah dengan daerah pesisir lainnya. Pemberdayaan masyarakat pesisir haruslah
bersifat bottom up dan open menu, namun yang terpenting adalah
pemberdayaan itu sendiri yang harus langsung menyentuh kelompok masyarakat
sasaran. Persoalan yang mungkin harus dijawab adalah: Bagaimana memberdayakannya?
Banyak
sudah program pemberdayaan yang dilaksanakan pemerintah, salah satunya adalah
pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP).
Pada intinya program ini dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
(a)
Kelembagaan. Bahwa untuk memperkuat posisi
tawar masyarakat, mereka haruslah terhimpun dalam suatu kelembagaan yang kokoh,
sehingga segala aspirasi dan tuntutan mereka dapat disalurkan secara baik.
Kelembagaan ini juga dapat menjadi penghubung (intermediate) antara
pemerintah dan swasta. Selain itu kelembagaan ini juga dapat menjadi suatu
forum untuk menjamin terjadinya perguliran dana produktif diantara kelompok
lainnya.
(b) Pendampingan.
Keberadaan pendamping memang dirasakan sangat dibutuhkan dalam setiap program
pemberdayaan. Masyarakat belum dapat berjalan sendiri mungkin karena
kekurangtauan, tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang rendah, atau mungkin
masih kuatnya tingkat ketergantungan mereka karena belum pulihnya rasa percaya
diri mereka akibat paradigma-paradigma pembangunan masa lalu. Terlepas dari itu semua, peran pendamping
sangatlah vital terutama mendapingi masyarakat menjalankan aktivitas usahanya.
Namun yang terpenting dari pendampingan ini adalah menempatkan orang yang tepat
pada kelompok yang tepat pula.
Dana Usaha Produktif
Bergulir. Pada program PEMP juga disediakan dana untuk
mengembangkan usaha-usaha produktif yang menjadi pilihan dari masyarakat itu
sendiri. Setelah kelompok pemanfaat dana tersebut berhasil, mereka harus
menyisihkan keuntungannya untuk digulirkan kepada kelompok masyarakat lain yang
membutuhkannya. Pengaturan pergulirannya
akan disepakati di dalam forum atau lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sendiri dengan fasilitasi pemerintah setempat dan tenaga pendamping
Tidak ada komentar:
Posting Komentar