AKULAH ANAK NELAYAN
Oleh : Nabila Kelirey
Banyak orang berkata bahwa hidup adalah sebuah pilihan, dan setiap orang berhak memilih arah hidupnya masing-masing. Begitu pun ayahku, juga punya pilihan.
Aku adalah anak perempuan yang terlahir dari keluarga kecil dari sebuah pulau kecil di Kabupaten seram bagian timur. Aku adalah anak dari seorang ayah yang bekerja sebagai nelayan kecil. Dan sejak kecil, aku sudah terbiasa ikut ayah melaut dengan memakai sebuah sampan kecil dan tua.
Aku adalah anak perempuan yang terlahir dari keluarga kecil dari sebuah pulau kecil di Kabupaten seram bagian timur. Aku adalah anak dari seorang ayah yang bekerja sebagai nelayan kecil. Dan sejak kecil, aku sudah terbiasa ikut ayah melaut dengan memakai sebuah sampan kecil dan tua.
Pekerjaan sebagai nelayan mungkin menurut sebagian orang cukup melelahkan, dan akan sangat melelahkan bagi mereka yang tak pernah tahu. Namun, bagi aku yang berasal dari keluarga nelayan, yang sedari kecil terbiasa dengan semua itu, tentu bukanlah pekerjaan yang melelahkan.
Aku percaya bahwa itulah jalan Tuhan yang diberikan pada keluargaku, dan aku selalu bersyukur atas semua itu. Aku yakin bahwa nelayan punya peranan penting dalam kehidupan ini. Sebab tanpa nelayan, bagaimana kita semua, bisa menikmati lezatnya ikan dan makanan-makanan laut lainnya.
Aku percaya bahwa itulah jalan Tuhan yang diberikan pada keluargaku, dan aku selalu bersyukur atas semua itu. Aku yakin bahwa nelayan punya peranan penting dalam kehidupan ini. Sebab tanpa nelayan, bagaimana kita semua, bisa menikmati lezatnya ikan dan makanan-makanan laut lainnya.
Kadang, saat semua orang terlelap tidur dalam dekapan dinginnya malam, ayahku malah bangun dan menyiapkan perlengkapan untuk melaut hanya karena ia melihat, kalau cuaca sangat mendukung untuk menangkap ikan. Bahkan aku pun tak pernah terbangun dan melihat ayah pergi melaut di tengah malam.
Dengan keriput yang sudah mulai tampak dalam raut wajah yang selalu menjadi pahlawanku itu, terkadang membuatku ingin menangis atas kehidupan pahit yang Tuhan berikan pada keluargaku. Melihat kehidupan orang kaya yang serba berkecukupan dan tiap harinya hanya duduk di atas kursi mewah bak tempat duduk sang raja, terkadang aku berpikiran sendiri sembari berkata, begitu tak adilnya Tuhan yang katanya Maha Pemberi, sampai-sampai keluargaku yang tercipta dengan kata miskin, harus bekerja lagi dengan mengarungi ombak yang tiap saat bisa mengambil nyawa ayahku di lautan sana.
Ayahku bahkan tak pernah mengeluh walau sudah kelelahan, dan terkadang hanya sakit yang tak bisa lagi ditahannya membuat dirinya sejenak beristirahat. Aku pernah bertanya padanya, mengapa ayah harus tiap hari pergi melaut, padahal ikan yang di dapatkan kemarin saja belum dihabiskan dan masih bisa dimakan sampai besok. Dia hanya menjawab, aku melakukan semua itu demi kamu nak. Aku ingin engkau tak sama seperti kami, aku dan ibumu yang dipaksa harus bekerja keras, bekerja kasar tiap harinya. Dan harus mengarungi lautan dengan ombak yang bisa saja mengambil nyawaku, ungkapnya.
Itulah kata-kata ayah yang selalu membuatku mengingatnya dimana pun aku berdiri, duduk dan menulis cerita pendek ini. Aku ingin menulis kepada ayah dan ibuku bahwa aku janji akan selalu menjadikannya pahlawan dalam mengarungi hidup insyaallah. Aku janji akan mengubah nasib yang selama ini sudah menjadi bagian dari keluargaku, tanpa harus melupakan kata nelayan semoga allah mengijinkan keinginan itu amin.
Dengan keriput yang sudah mulai tampak dalam raut wajah yang selalu menjadi pahlawanku itu, terkadang membuatku ingin menangis atas kehidupan pahit yang Tuhan berikan pada keluargaku. Melihat kehidupan orang kaya yang serba berkecukupan dan tiap harinya hanya duduk di atas kursi mewah bak tempat duduk sang raja, terkadang aku berpikiran sendiri sembari berkata, begitu tak adilnya Tuhan yang katanya Maha Pemberi, sampai-sampai keluargaku yang tercipta dengan kata miskin, harus bekerja lagi dengan mengarungi ombak yang tiap saat bisa mengambil nyawa ayahku di lautan sana.
Ayahku bahkan tak pernah mengeluh walau sudah kelelahan, dan terkadang hanya sakit yang tak bisa lagi ditahannya membuat dirinya sejenak beristirahat. Aku pernah bertanya padanya, mengapa ayah harus tiap hari pergi melaut, padahal ikan yang di dapatkan kemarin saja belum dihabiskan dan masih bisa dimakan sampai besok. Dia hanya menjawab, aku melakukan semua itu demi kamu nak. Aku ingin engkau tak sama seperti kami, aku dan ibumu yang dipaksa harus bekerja keras, bekerja kasar tiap harinya. Dan harus mengarungi lautan dengan ombak yang bisa saja mengambil nyawaku, ungkapnya.
Itulah kata-kata ayah yang selalu membuatku mengingatnya dimana pun aku berdiri, duduk dan menulis cerita pendek ini. Aku ingin menulis kepada ayah dan ibuku bahwa aku janji akan selalu menjadikannya pahlawan dalam mengarungi hidup insyaallah. Aku janji akan mengubah nasib yang selama ini sudah menjadi bagian dari keluargaku, tanpa harus melupakan kata nelayan semoga allah mengijinkan keinginan itu amin.
kata nelayan yang membuatku mampu menulis semua ini di tempat yang jauh dari keluargaku. Dan akan kubuktikan pada ayahku yang tiap harinya mempertaruhkan hidup diombang-ambing gelombang di tengah lautan, bahwa anak nelayan juga pantas untuk sukses dan memberikan yang terbaik. Aku ingin mempersembahkan semua harapan ayah lalu mengatakan kepadanya bahwa dia telah berhasil merawat aku sebagai anak dari nelayan kecil.
Hingga pada akhirnya, saat aku sukses nanti, aku ingin mengatakan kepada dunia bahwa aku adalah anak nelayan yang terlahir dari seorang ayah yang begitu hebat. Sebab bagiku, ayah adalah pahlawan laut yang tak akan pernah termakan waktu dan akan selalu menjadi bagian dalam diriku dan pulau kecilku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar